Selasa, 20 Oktober 2009

Dubes Vatikan Kunjungi Raja Ampat

Duta besar Vatikan Untuk Indonesia, Archbishop Leopoldo Girelli, jumat-Minggu, 16-17 Oktober 2009 melakukan kunjungan ke Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kunjungan Dubes Vatikan di Kabupaten yang terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya ini merupakan salah rangkaian kegiatan dalam rangka mengikuti perayaan 50 Tahun Keuskupan Manokwari Sorong. dalam kunjungan tersebut, Dubes Vatikan yang senang dengan kehidupan bawah laut ini sempat melakukan snorkling di Kabupaten Raja Ampat serta melakukan tatap muka dengan Unsur Muspida Kabupaten Raja Ampat, yang berlangsung di Resort Waiwo, Kabupaten Raja Ampat. pada kesempatan itu, bupati Raja Ampat, Drs, Marcus Wanma, M.Si mempresentasikan tentang potensi sumber daya alam Raja Ampat serta strategi kebijakan pembangunan yang menitik beratkan pada pembangunan sektor perikanan dan pariwisata.

Soal Sumber daya alam Raja Ampat, Dubes Vatikan tak mampu menyembunyikan kekagumannnya. ia mengakui wajar bila pemerintah Indonesia mengusulkan Raja Ampat sebagai warisan dunia kepada UNESCO. Ia berharap masyarakat Raja Ampat menjaga sumber daya alam tersebut sebagai anugerah Tuhan yang tak ada duanya. dikatakannya, pelestarian alam dan ciptaan Tuhan merupakan bagian penting dari penjabaran iman dan kepercayaan.

Keesokan harinya, Sabtu, 17 Oktober 2009, Duta besar Vatikan untuk Republik Indonesia, Mgr. Leopoldo Girelli melakukan peletakan batu pertama pembangunan Gedung Gereja Stasi St. Petrus Waisai. Peletakan batu pertama yang diawali dengan penyerahan ibadah dan penyerahan surat pelesapan tanah adat dari tokoh adat, Djabir Mambraku, kepada Bupati Raja Ampat dan dari Bupati Raja Ampat kepada Duber Vatikan Untuk RI ini juga diikuti oleh UskupManokwari Sorong, Mgr. Hilarion Datus Lega, Pr, Bupati Kabupaten Raja Ampat, Drs. Marcus Wanma, M.Si, Ketua Forum Kerukunan Antar Umat Beragama Kabupaten Raja Ampat, Pdt. Paulus A. Luthurmas, S.Th, MA.
Ratusan umat menyaksikan proses peletakan batu pertama tersebut. Usai melakukan peletakan batu pertama, Dubes Vatikan bersama Bupati Raja Ampat juga melakukan penandatangan prasasti sebuah tanda gereka katoli Pertama di Kabupaten Raja Ampat sejak 50 tahun Keuskupan Manokwari Sorong. Prosesi tersebut disambut suka cita oleh Umat Katolik Stasi St. Petrus Waisai, yang selama mengunakan gedung SMAN 1 Raja Ampat sebagai tempat ibadah untuk hari Minggu sedangkan ibadah keluarga yang dilaksanakan setiap hari kamis diadakan dari rumah ke rumah.
Selain umat katolik, kedatangan Dubes Vatikan di bumi bahari Raja Ampat juga disambut meriah oleh masyarakat Waisai, Ibukota Kabupaten Raja Ampat, baik umat GKI Klasis Raja Ampat Utara maupun Umat Muslim Waisai. Dalam ibadah peletakan pertama, Jemaat Olfa Omega Waisai, kabupaten Raja Ampat menyumbangkan sebuah lagu sedangkan ibu-Ibu BKMT, mempersiapkan santapan makan siang bagi duta dan rombongannya, bahkan sejak persiapan kedatangan duta vatikan sejumlah kelompok masyarakat membantu panitia untuk menyukseskan kunjungan Duber vatikan tersebut. Tak ketinggalan tim coremap II Raja Ampat membantu panitia dalam mempersiapkan kunjungan tersebut.
Kaitan dengan peletakan batu pertama tersebut, Dubes Vatikan Untuk RI dalam kotbah saat memimpin ibadah mengatakan peletakan batu pertama merupakan tanda dimulainya pembangunan fisik gedung gereja stasis st. petrus Waisai. Namun bukan sekedar itu, kata Duber, gereja sebagai persekutuan harus meletakan dasar hidup dan seluruh perjuangannya di dunia di atas batu penjuru, yakni Yesus Kristus. Di katakannya, umat katolik dalam hidupnya harus meneladani, Yesus Kristus sebagai batu penjuru.kepada Umat katolik ia meminta untuk mengembangkan nilai-nilai kasih, persaudaraan dan saling menghormati dalam kehidupan setiap hari.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat Raja Ampat yang begitu antusias dengan kedatangannya. Ia berharap, kerukunan hidup tetap dipertahankan sebagai dasar dari kehidupan bersama.
Sementara itu bupati Kabupaten Raja Ampat, Drs. Marcus Wanma dalam sambutannya mengatakan agama menjadi salah satu factor kunci dalam sejarah peradaban manusia, keberadaannya melahirkan sebuah perubahan besar. Disaat sejarah mengabaikan orang yang menjadi korban atau kalah, dan memperhatikan orang yang menang, disana agama hadir dengan mengintroduksi ‘kekuatan supranatural’ sebagai negasi terhadap segala kemacetan ideologi, keputus-asaan, jalan buntu yang diakibatkan oleh sistem sosial.

Agama diibaratkan sebagai sumber energi yang tidak habis-habisnya ditimba umat manusia untuk memperoleh kekuatan baru dalam mengejar apa yang disebut sebagai kebenaran. Sementara kebenaran adalah panggilan Tuhan agar manusia hidup dalam keutuhannya. Nilai agama yang diyakini bersumber dari Yang Kudus, dan dijadikan kerangka acuan seluruh realitas dunia maupun akhirat.

Ukuran masyarakat madani, bukan saja pada pemenuhan kebutuhan lahiriah, seperti tercapainya pembangunan ekonomi, infrastruktur, pendidikan dan kesehatan tetapi sejauh mana nilai-nilai religi menjiwai tatanan kemasyarakatan dan pembangunan.

Oleh karena itu, peletakan batu pertama pembangunan Gedung Gereja dan penandatangan prasasti sebuah tanda gereja Katolik Pertama di Kabupaten Raja Ampat sejak 50 tahun Keuskupan Manokwari Sorong hari ini mempunyai momen penting sebagai wujud rahmat Tuhan yang selalu terus mengalir di kabupaten ini.

Dikatakan, Wanma nama stasi ini tersebut mengingatkannya akan penunjukan Rasul Petrus oleh Yesus sebagai kepala gereja. “Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya, (Injil Matius, Bab 16, ayat 18). Terlepas dari kajian teologis, kata Wanma ini penting dihayati oleh umat Katolik yang mendiami Kabupaten Raja Ampat, sebagai kawasan pusat segitiga terumbu karang dunia, (Coral Tri-angle).

Pembangunan gedung gereja ini selain sebagai tanda dimulainnya komuniasi yang intens dengan Tuhan dalam doa dan ibadah, tetapi juga menjadi tanda dimana umat Katolik mulai meningkatkan persekutuan intra umat beragama, antar umat beragama dan pemerintah dalam menata masa depan kabupaten ini dengan berlandaskan kasih.

Dalam membangun Kabupaten Raja Ampat yang beragam etnis, suku dan ras ini, kita perlu membuka diri dalam dialog kehidupan dan karya dengan semua umat beragama yang ada, serta terus menerus membina persaudaraan sejati dengan semua orang. Dalam semangat inilah semua masyarakat berjalan dan terus menerus berdiri sebagai pelaku dan saksi cinta kasih. Karena daya kesaksian hanya bisa punya arti kalau kita amalkan kasih itu dalam kehidupan kita.

Oleh karena itu, saya menyambut baik peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja ini serta penandatangan prasasti sebuah tanda gereja Katolik pertama di Kabupaten Raja Ampat sejak 50 Tahun Keuskupan Manokwari Sorong.

Membangun gereja sebagai bangunan fisik itu mungkin mudah, tetapi membangun gereja sebagai persekutuan umat itu yang sulit. Kalau seluruh proses pembangunan ini direnungkan dengan tenang, maka kita temukan, ternyata dalam proses itu kita belajar menghormati satu sama lain. Kita berusaha membangun kerjasama, berdialog dan berkomunikasi atas nama hidup bersama. Maka muncul pokok pikiran ini sebagai benang merah perjalanan kenangan kita: Di akhir proses pembangunan fisik dan pembangunan iman, kita sebenarnya ditantang untuk membangun dan membentuk persekutuan yang diwarnai semangat cinta kasih dan persaudaraan sejati. Orientasi tersebut bukan hanya untuk kepentingan gereja, tetapi panggilan untuk mewujudkan tanggung-jawab demi kebaikan bersama.

Bagi seluruh masyarakat Raja Ampat saya selalu katakan, bahwa agama dan pemerintah memiliki peran yang sama dalam pembangunan. Bila agama menyentuh aspek spiritual, mental dan aklak masyarakat, pemerintah melayani pembangunan fisik seperti infrastruktur dasar, pembangunan ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Kia dipertemukan pada satu simpul, yakni masyarakat. Umat atau jemaat yang dilayani agama adalah juga masyarakat yang dilayani pemerintah. Dua-duanya mengarah pada satu tujuan, yakni terwujud masyarakat Kabupaten Raja Ampat yang sejahtera, lahiriah dan bathiniah, material dan spiritual.

Kendatipun kita memiliki peran masing-masing, dalam pola kemitraan selaku pemerintah daerah kami tetap memberikan dukungan bagi pertumbuhan dan perkembangan iman masyarakat. Bagi yang nasrani, kami berikan bantuan wisata rohani ke Yerusalem, dan bagi yang muslim, kami berikan bantuan naik haji bagi imam-imam mesjid di kampung-kampung serta pemberian insentif bagi pemuka agama.

Saya berharap dengan dimulainya pembangunan gereja ini diharapkan umat akan semakin berkembang dalam kualitas iman, pengharapan dan kasih. Nilai-nilai iman ini, yang berdasarkan pada 1 Koristus bab 13, menjadi landasan bagi kehidupan kita, sehingga kehidupan beragama dan bermasyarakat di daerah ini semakin hari semakin baik.

Peletakan batu pertama tersebut diakhir dengan foto bersama dan santap siang berama. By.Petrus Rabu

2 komentar: